Jumat, 02 Agustus 2013

WISATA SRANDIL DI KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP



Kabupaten  Cilacap dikenal banyak memiliki obyek wisata pantai. Salah satunya adalah Pantai
Srandil yang terletak di Desa Glempangpasir, Kecamatan Adipala. Sekitar, 30 kilometer arah timur laut kota Cilacap. Indahnya pantai ini adalah hamparan pasirnya yang lebar dan memanjang, menampilkan pemandangan yang lepas ke arah laut. Gelombang laut yang mendebur di pantai, terkadang tinggi, memberikan nuansa indahnya alam bebas di pantai ini. Jaraknya hanya sekitar empat kilometer ke arah timur dengan perjalanan darat.

Dinamakan Pantai Srandil karena letak pantai ini yang bersebelahan dengan Gunung Srandil. Sebuah bukit yang persis di tepi laut. Disamping wisata alam dan budaya juga terdapat wisata spiritual atau religius antara lain di gunung srandil dan selok .

Gunung Srandil adalah sebuah bukit karang yang berada di pesisir Pantai laut Selatan di desa Glempang Pasir Kecamatan Adipala, Cilacap. Gunung Srandil dapat dicapai dari kota Kroya, dan kota Adipala.

Gunung Srandil diyakini merupakan petilasan Kaki Semar (kaki=kakek) dan Pangreh Gaib (Pangreh=penguasa), dan juga berfungsi sebagai Padepokan dari Kaki Semar dan para Pangreh Gaib lainnya yang berkenan bersemayam disana.

Konon selain Puncak Gunung Mahameru, Gunung Srandil juga dipercaya merupakan “Pancering Bumi” tempat pijakan pertama ke bumi atau jalan utama menapaki Kahyangan menuju dunia. Kaki Semar terkenal dengan dhawuh-nya mengenai bagaimana menjalani hidup sebaiknya berpedoman kepada “Ojo dumeh, eling lan waspodo” atau “ jangan mentang-mentang, ingat dan waspada”. Dipercaya Srandi berasal dari kata Suro lan adil
Apabila memasuki Gunung Srandil maka akan dipermukan petilasan-petilasan , yaitu :
Petilasan Syech Jambu Karang atau disebut juga petilasan Dampo Awang atau Sam Poo Kong, disebut juga Eyang Jambu Karang karna disamping petilasan itu berdiri dan tumbuh pohon jambu yang entah sejak kapan pohon itu tumbuh karena sejak dulu hingga sekarang pohon itu berdiri dan tetap sebesar itu.

Petilasan Eyang atau Mbah Gusti Agung Heru Cokro Prabu atau Syech Baribin. Tempat ini pada hari-hari biasa banyak dipakai sebagai tempat meditasi oleh orang-orang yang datang dengan keperluan tertentu karena diyakini bahwa tempat ini sebagai tempat berkumpulnya para gaib Bumi Nusantoro

Petilasan Eyang Sukma Sejati, letaknya sedikit agak diluar gunung, kira-kira 50 meter disebelah kiri gunung, didepan petilasan Eyang Gusti Agung terdapat pintu keluar menuju petilasan tersebut melalui jalan setapak.

Petilasan Nini Dewi Tunjung Sekarsari, dari pemahaman spritual maka Nini Dewi Tunjung Sekarsari adalah istri dari Kaki Semar.
Petilasan Kaki Tunggul Sabdo Jati Doyo Among Rogo atau disebut juga petilasan Kaki Semar. Bagi para spritualis atau mereka yang diberi kesempatan untuk melihat “penjaga” goa Kaki, maka goa Kaki ini dijaga oleh Eyang Kumbang Ali-Ali dan Eyang Sadipa.

Di puncak Gunung Srandil terdapat petilasan Eyang Lalnglang Buwana dan Eyang Mayangkoro. Bagi para spritualis dengan berdasar penjelasan Kaki Semar maka tempat ini diyakini sebagai tempat “kadewatan”nya Kaki Semar

Disekitar Gunung Srandil, masih banyak terdapat petilasan-petilasan lain seperti Petilasan Eyang Kumoloyekti, Petilasan Eyang Wuruh Galih, Petilasan Argo Puyuh, Petilasan Eyang Paku Jati dll.

Dari penjelasan diatas maka tidak akan ditemukan sejengkal tanahpun di Gunung Srandil yang dinyatakan secara tegas, jelas dan lugas oleh para Juru Kunci, yang dapat dipakai untuk sesuatu dan lain hal yang sifatnya menduakan Tuhan dan atau klenik dan atau untuk jalan pintas “Pesugihan”. Sejatinya, urusan klenik atau pesugihan dan lain-lain sejenis, lebih disebabkan dan lebih dimulai dari niat dan tekad hati dari seseorang pemalas yang tidak mau berusaha sesuai kodratnya manusia hidup, yang telah buta dan telah tertutup hati nuraninya olehmasalah duniawi, kemudian mengambil “jalan pintas” dengan cara bersekutu dengan setan penggoda hati dan pengobar nafsu duniawi.

Pada waktu melakukan ziarah atau perjalanan spritual di Gunung Srandil, bila seseorang bermalam disitu maka salah satu acara ritual yang dilakukan adalah mengitari atau memutari Gunung Srandil setelah lepas tengah malam yaitu antara jam 24.00 atau pukul 00.00 sampai pada pukul 03.00 pagi.

Mengitari Gunung  Srandil menurut petunjuk Kaki Semar, disarankan untuk dilakukan dengan berjalan berlawanan dengan arah jarum jam, hal ini dimaksudkan bahwa sewaktu melakukan pengitaran tsb diharapkan dapat berpapasan dengan poro Pangreh Gaib dan dengan berpapasan tsb karena peziarah melafalkan kata-kata suci atau doa permohonan maka para Pangreh Gaib itupun ikut mendengarkan, maka “mereka” para Pangreh Gaib itupun akan ikut membantu apa-apa yang diucapkan untuk disampaikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar permohonan atau kata-kata yang diucapkan para peziarah tersebut segera dapat dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa

Jumlah putaran mengitari gunung dengan berjalan berlawanan dengan arah jarum jam yang disarankan sesuai petunjuk adalah berjumlah angka ganjil misalnya 3x, 9x, 21x dan atau 41x putaran.


Untuk melengkapi acara ziarah, maka disarankan untuk membawa kembang-telon, dupa atau kemenyan madu, minyak wangi, namun ini bukan syarat mutlak dan hal ini jangan diartikan bahwa sarana tersebut itu adalah untul sesuatu yang bersifat tahayul tetapi lebih diartikan bahwa kita datang ke tempat suci, dan setiap tempat suci itu berbau harum mewangi dan sarana yang dibawa itu agar tempat tersebut semakin harum mewangi.
Daya tarik Gunung Srandil memang tidak dapat dipisahkan dengan “keberadaan” atau kasunyatan dari Kaki Semar atau Kaki Tunggul Sabdo jati Doyo Amongrogo dengan piwulang atau wewarah atau dhawuh-dhawuhnya untuk manusia agar selalu hidup dengan berbudi pekerti yang luhur, berbakti dan menjunjung tinggi Gusti Kang Murbeng Dumadi Tuhan Yang Maha Esa.


Sebelum memasuki kompleks Gunung Srandil terdapat Padepokan Agung Mandalagiri dibangun oleh Paguyuban Cahya Buwana, yaitu perkumpulan putro wayah Kaki Semar. Padepokan ini dipakai sebagai tempat pertemuan para putro setiap malam Jumat Kliwon untuk mendengarkan dhawuh atau wewarah dari Kaki Semar. Padepokan ini juga berfungsi sebagai tempat bermalam seadanya tanpa dipungut bayaran satu senpun.


Akhirnya hanya Allah yang Maha Agung dan hanya Allah yang Maha Tahu dan menguasai seluruh alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar